Segaris Ragu Hilal Menuju Halal (Part 8)


Setelah meminum obat yang diberi Ibunya, Hilal pun tertidur pulas. Sementara itu Anifa dan Fatim berbicara dari hati ke hati untuk menyelesaikan segala keresahan di hati masing-masing.
-
"Aku memang ingin menikah dengan Hilal lebih cepat. Tapi sepertinya Hilal masih meragu dan semakin ragu karena kehadiranmu."
-
"Maafkan aku, Anifa. Aku tidak tau kalau kehadiranku semakin membuat keadaan rumit. Tapi sejujurnya, aku masih sangat mencintai Hilal." Terang Fatim dengan air mata. Anifa memeluk Fatim haru.
-
"Manusia bisa berencana. Tetap Allah yang menentukan. Hilal masih meragu denganku, Fatim. Biarlah, mungkin ini perkara waktu."
-
Pernikahan bukanlah balap karung saat Agustusan. Kini Anifa sudah mengetahui semuanya dari sisi Fatim dan Hilal. Anifa merasa Hilal tidak lagi mempunyai keyakinan untuk memperjuangkannya.
-
* * *
-
Fatim memutuskan untuk pulang ke rumah. Sementara itu Hilal masih tertidur pulas, begitu juga Ibunya di sofa. Anifa datang dan berjalan perlahan menuju Hilal yang terbaring lemah. Ia duduk di samping dengan memegang erat tangan kekasihnya itu dengan penuh cinta.
-
"Cepat sembuh ya sayang." Ucap Anifa sambil memandangi wajah Hilal yang masih tertidur.
-
Buliran air mata hangat Anifa menetes di atas tangan Hilal hingga Hilal pun terbangun. Sesenggukan Anifa menahan tangisnya. Tapi derasnya air mata pun tak dapat dibendung lagi.
-
"Kamu menangis?" tanya Hilal saat membuka mata.
-
"Eh.. enggak kok. Sayang butuh apa? Kok bangun tengah malam?" tanya Anifa dengan senyumnya yang khas setelah menyeka air mata di pipinya.
-
"Aku nggak butuh apa-apa. Aku cuma butuh kamu di sini."
-
Mendengar Hilal masih mengharapkannya, membuat Anifa merasa bahwa hati Hilal masih ada untuknya. Tapi Anifa sadar bahwa masa lalu Hilal selalu membayanginya. Cinta pertama tak bisa tergantikan. Begitulah yang terjadi hingga Hilal masih meragu meski Anifa sudah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya.

Biarlah waktu yang akan menjawab setiap doa dalam ikhtiar masing-masing. Anifa berusaha mengingat segala yang indah bersama Hilal, agar hatinya tak semakin rapuh. Karena mencintai Hilal menjadi kekuatan Anifa.

From @sajakmanissantri

No comments:

Post a Comment