Hilal tersadar bahwa perempuan yang sedari tadi bersamanya adalah cinta pertamanya. Fatim, perempuan anggun dengan pipi merah yang masih basah semakin terpojok karena kedatangan Anifa.
Tanpa sadar Anifa meneteskan air matanya melihat mereka berdua. Harapan yang ia bangun tinggi terhadap Hilal, runtuh seketika karena hadirnya Fatim di perjalanan cintanya.
"Jadi inikah perempuan yang menjadi cinta pertama Hilal? Langkahku kaku tak sanggup berjalan. Bibirku membisu tak sanggup bicara. Mataku mbrebes mili tak sanggup menahan air mata" gumam Anifa dalam hati yang terdiam di pintu.
Tak lama kemudian Anifa pun pergi meninggalkan mereka berdua. Ia berlari menyusuri lorong rumah sakit berderai air mata. Langkahnya meninggalkan patahan hati yang berhamburan. Hatinya terluka, harapannya sirna. Rindu berbalas luka.
"Ayo kita pulang" ucap Anifa kepada Ulin yang sedari tadi menunggu di mobil.
"Lho lho lho, ada apa ini?"
"Hilal sudah punya penggantiku! Dia tak butuh kehadiranku! Selamat dan terima kasih sudah membawaku ke sini dan membuat hatiku hancur, Ulin" dengan nada marah Anifa melampiaskan rasa sakitnya kepada Ulin.
Melihat Anifa pergi, Fatim pun langsung berlari mengejarnya. Ia mencari dimanakah Anifa berada. Hingga ia tanpa sadar melihat mobil yang tak asing baginya. Mobil dengan plat R 4 BI adalah mobil tunangan Fatim. Tanpa pikir panjang ia pun mendatangi mobil itu.
Saat Ulin berusaha menenangkan Anifa dengan menyekah air mata yang menetes di pipinya, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilnya.
"Fatim!!!" Ulin shock melihat Fatim ada di situ.
Ulin dan Fatim telah bertunangan. Mereka berdua dijodohkan oleh pak kiai pesantrennya.
Hati Fatim pun patah untuk kedua kalinya. Ulin telah diam-diam keluar dengan perempuan lain. Terbersit di hatinya untuk membatalkan pertunangan itu.
Dengan rayuan Fatim, Anifa pun akhirnya mau kembali ke kamar menemui Hilal.
"Lantas aku bagaimana?" sahut Ulin.
"Kamu pulang saja!” jawab Anifa dan Fatim secara bersamaan.
Mereka berdua pun kembali ke kamar menemani Hilal. Sementara Ulin, pulang sendirian dengan raut wajah yang masam dan hati yang kesal.
From @sajakmanissantri
No comments:
Post a Comment