Malam semakin larut. Hilal masih berkutat dengan keraguannya. Ia putuskan untuk pulang, barangkali di rumah akan menemukan ketenangan.
"Kamu kenapa, le? Gimana Anifa akan menerimamu jika mukamu kusut begitu?" sapa Ibu Hilal.
"Mboten buk. Hilal lagi pusing aja kebanyakan kopi."
"Kan wis tak kandani tho le, kopinya Ulin itu kopi bersianida. Guncangannya berskala 9,5 sr. Jangan sampai kamu terhempas gara-gara kopi tak berperikemanusiaan itu! Kamu harus segera meminum penawarnya. Sianida itu penawarnya adalah Si-Anifa! Kamu harus segera mendatanginya!" jawab Ibu Hilal kesal dengan hobi anaknya yang suka mengkonsumsi sianida tiga kali sehari.
Mendengar penjelasan Ibunya, Hilal sedikit khawatir dengan kopi sianida yang telah ia minum. Sementara itu di kedai kopi Tjinta, Ulin tertawa terbahak-bahak sambil memegang cangkir kopi bekas Hilal.
"Ha..ha..ha.. Sudah aku racun kopi itu, sebentar lagi Anifa akan menjadi milikku selamanya.
Hilal pun terjatuh saat berjalan menuju kamarnya, tubuhnya kejang-kejang dan sekarat. Untung saja Ibunya langsung membawanya ke rumah sakit.
Setelah siuman, Hilal bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya, yang membuatnya sekarat apakah memang sianida yang larut dalam secangkir kopinya tadi? Ataukah kisah asmaranya dengan Anifa yang berlarut-larut?
Hilal berharap, Anifa tidak tahu soal keadaannya sekarang. Ia tidak ingin membuat Anifa khawatir.
“Tidak. Aku tidak boleh memberi kabar kepadanya” gumam Hilal dalam hati.
Namun kenyataan berkata lain, Anifa mendengar kabar buruk itu yang entah dari mana datangnya. Seketika itu juga Anifa bingung tak tahu harus berbuat apa. Sekalipun ia bangun tinggi-tinggi dinding jarak antara ia dan Hilal. Roboh juga tembok itu hanya dengan satu tiupan angin bernama rindu.
Di waktu yang sama, jauh dari tempat Hilal terbaring di kasur pesakitannya. Ulin mendatangi rumah Anifa. Sepertinya Ulin ingin melakukan bribikan tikungan tajam terhadap sahabatnya sendiri. Anifa pun mau tak mau harus merelakan dirinya untuk pergi bersama Ulin.
Hilal masih terbaring lemas di kasurnya. Sementara Anifa berduaan dengan Ulin pergi entah kemana.
from @santrikeren
No comments:
Post a Comment