Segaris Ragu Hilal Menuju Halal (Part 2)


Lantas apa yang harus aku lakukan wahai sahabat? Sementara Anifa kini semakin menjauhiku, terlebih saat ia tahu kau adalah sahabatku. Sepertinya ia malu aku bersahabat denganmu" pungkas Hilal.

Ulin pun terperangah, tatapan nanar khas jomblo ngenes mantab djiwanya itu adalah tanda bahwa Ulin tersinggung dengan pernyataan Hilal.

"Itu bukan salahku bung! Itu salahmu! Kenapa kau lebih sering bersamaku dari pada bersama kekasihmu itu. Kau harus tahu, kau adalah kanvas yang akan melukis kebahagiaan untuknya. Kaulah yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Dan dia adalah calon Ibu dari anak-anakmu. Jika kau hanya bersamaku setiap waktu, lalu kapan kau akan memberikan waktu untuknya?" jawab Ulin setengah sadar.

Hilal tersentak. Dia tak habis pikir, jomblo kedap suara ini bisa berkata seperti itu. Ulin telah menjelma menjadi sosok Mario Teguh dengan segala motivasi supernya.

Seketika itu juga Hilal beranjak dari kursinya. Ia berdiri dan melangkahkan kaki untuk pergi mendatangi Anifa. Sepertinya hari ini adalah hari dimana Hilal akan mendatangi kedua orang tua Anifa.

Baru sejengkal Hilal melangkah, tangannya ditarik dengan keras dari belakang. Seketika Hilal pun terkejut. Matanya menatap dengan tajam ke arah Hilal. "Ada apa gerangan?"

"Mbayar sek Bos!" Sergap Ulin sang pemilik kedai kopi Tjinta.
Hilal mengambil lembaran kertas bergambar Soekarno Hatta. Lalu ia melamun lagi.

"Apakah kita akan menjadi pasangan sejati seperti Soekarno Hatta, Spongebob Patrick, ataukah kau akan meninggalkanku dan menjadikanku seperti Cu Patkai dengan segala karma jonesnya? Sayang, aku rindu."

"Woe! Iki duwit opo! Duwit dolanan mbok gawe bayar!" Lamunan Hilal kembali ambyar.

Isi kepala Hilal sudah tak dapat lagi berkonsentrasi. Bahkan untuk membedakan uang asli dan mainan saja ia tak sanggup. Apalagi membedakan apakah selama ini senyum Anifa untuknya itu senyum asli atau hanya senyum palsu.

Keraguan kembali datang menghinggapi Hilal, sedetik yang lalu ia dengan semangat berkobar ingin mendatangi Anifa, sedetik kemudian ia ragu. Segaris ragu Hilal, menggagalkan keberaniannya melamar Anifa pada hari itu.

from @santrikeren

No comments:

Post a Comment