Sepertiga malam akan selalu memberi kesejukan bagi hati yang gundah akan dunia. Segala doa Anifa panjatkan untuk meminta yang terbaik dari Allah.
Jalan yang Hilal tempuh terasa amat rumit. Terasa begitu terjal dan berliku. Ia dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama baik.
Anifa selalu berharap dalam setiap doanya. Meskipun nantinya mungkin takkan bersama Hilal dalam halal. Keputusan Allah tetap terbaik bagi masing-masing.
Pukul 03.00 WIB Anifa kembali masuk ke kamar 415. Ia melihat Hilal sedang membaca Al Quran meski dalam kondisi lemah. Tak mau mengganggu, Anifa mengurungkan niatnya meneruskan langkah.
Sebelum Anifa kembali menutup pintu, Hilal menghentikan bacaannya dan melihat Anifa. Ia meminta Anifa kembali masuk untuk menemaninya. Anifa pun masuk dan duduk di tepi kasur Hilal berbaring.
-
"Kamu baik-baik aja kan?"
-
"Aku baik-baik aja kok sayang" jawab Anifa dengan senyum.
-
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi aku takut kamu marah dan kecewa."
-
"Nggak apa-apa sayang, tanyain aja. Insya Allah aku nggak kenapa-kenapa."
-
"Eeemmm... Bagaimana jika aku menikah dengan Fatim?"
-
Deeeg!!! Hati Anifa bak dihujam ribuan tombak saat itu juga. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Buliran air mata berlomba-lomba ingin keluar tapi Anifa tetap tegar. Anifa terdiam kaku. Ia tak tahu harus menjawab dengan kata apa.
Selang 3 menit kemudian, Anifa pun akhirnya berucap.
-
"Jika itu yang terbaik dan membuatmu bahagia, aku pun bahagia karenamu. Apapun yang kamu pilih dan terjadi dalam hidupku, aku ikhlas. Karena aku yakin dalam setiap hembusan nafas kita, ada campur tangan Allah. Pernikahan itu butuh dua orang yang saling yakin, mendoakan, mempertahankan dan memperjuangkan."
-
Segaris keyakinan menuju pernikahan tidaklah mudah. Akan ada air mata dan tawa yang senantiasa berjalan beriringan. Keduanya bersaing untuk menentukan apakah keyakinan semakin mendekat atau sebaliknya.
Segaris ragu menuju halal tidak akan ditemukan bila hati masih meragu, atau bahkan tidak yakin hingga sulit untuk menemukan segaris keyakinan menuju pernikahan. Karena keyakinan itu dicari, ditemukan dan ditumbuhkan, bukan ditunggu.
From @sajakmanissantri
No comments:
Post a Comment