Segaris Keyakinan Menuju Pernikahan (Part 1)



Pernikahan bukan hanya kata-kata indah dalam ijab sah. Pernikahan adalah sebuah keputusan untuk melangkah dalam keyakinan dan ridho Allah, bersama.

Pernikahan adalah Mitsaqan Ghalizha, suatu perjanjian kuat dan suci. Agar dimaknai sebagai ikrar yang tidak main-main.
-
* * *
-
Mengubah keraguan menjadi sebuah keyakinan tidak semudah memandang senyumnya yang menawan. Jawaban Anifa membuat Hilal semakin meragu dengan pilihannya.

Satu minggu sudah Hilal di Rumah Sakit. Saatnya ia pulang karena kopi Sianida yang diberikan Ulin di kedai kopi Tjinta waktu itu tidak berhasil membuat Hilal pergi untuk selamanya.

Di lorong Rumah Sakit Anifa melihat Fatim berjalan memasuki kamar 415. Seketika Anifa teringat perkataan Hilal yang ingin menikah dengan Fatim. Langkah kaki Anifa pun berbalik pergi keluar dari Rumah Sakit, biar saja Fatim yang menemani Hilal dan Ibunya pulang dari Rumah Sakit.
-
“Kok kamu balik, katanya Hilal hari ini pulang dari Rumah Sakit?” tanya Ulin melihat Anifa keluar dari Rumah Sakit sendiri.
-
“Iya Hilal pulang hari ini, tapi sudah ada yang menjemputnya” jawab Anifa menahan kecewa.
-
“Siapa yang jemput, Fatim?”
-
“Iya” jawab Anifa singkat.

Hati Ulin begitu geram dengan Hilal. Dalam hati, Ulin marah, kenapa Hilal tidak mati saja. Bisa-bisanya Hilal merusak pertunangannya dengan Fatim dan melukai hati Anifa. Ulin tak tega melihat Anifa yang sudah banyak berkorban dan berjuang mempertahankan cintanya ini menjadi sia-sia.

Ulin menawarkan untuk mengantar Anifa pulang dengan mobil plat R 4 BI nya. Anifa ikut pergi bersama Ulin. Mereka berdua menjadi orang yang sama-sama tersakiti dari kisah cinta Hilal dan Fatim yang bersemi kembali setelah sekian lama.

Bersambung.

From @sajakmanissantri

#sajakmanissantri
#nikah #pernikahan  

No comments:

Post a Comment