FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR


FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR

BAB I

PENGERTIAN
LATAR BELAKANG

Untuk memperjelas pemahaman terhadap proses belajar mengajar, kiranya perlu kami awali dengan menguraikan pengertian belajar secara umum. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Yang dimaksud pengalaman adalah segala kejadian (peristiwa) yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh setiap orang, sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan oleh setiap orang secara berulang-ulang.
Dalam pengertian lainnya, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (leaning is defined as the modification or strengthening of behavior though experiencing), menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing. Dalam proses belajar, untuk mencapai hasil belajar dengan baik di pengaruhi oleh berbagai macam faktor. Maka dari itu kami akan membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

RUMUSAN MASALAH

Karena banyaknya masalah yang melatarbelakangi penyusun dalam menyusun makalah ini, maka penyusun membuat batasan-batasan masalah untuk mempermudah dalam menyusun makalah ini, yang kemudian akan di bahas pada bab ke-2. Batasan-batasan tersebut antara lain:
Apa yang dimaksud proses dan hasil belajar?
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?

TUJUAN PENYUSUNAN

Pada dasarnya tujuan penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah   Media Pembelajaran untuk menambah bahan bacaan bagi pendidik, peserta didik, orang tua, pengguna dan pemerintah dalam rangka membantu anak didik mempelajari dan memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Selain itu, tulisan ini diarahkan untuk menambah khazanah keilmuan tentang media pembelajaran diantaranya:
Untuk  mengetahui tentang proses dan hasil belajar.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

METODE PENYUSUNAN

Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka. Yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber, baik dari buku ataupun internet tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, yang kemudian kami gambungkan menjadi satu dalam satu makalah.

SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Bagian pertama pendahuluan. Bagian ini memaparkan beberapa pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalahan utama.Pada bagian pendahuluan ini dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, metode penyusunan makalah, dan sistematika penyusunan makalah.
Bagian kedua, pembahasan. Bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dan dipahami dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha unuk mendeskripsikan dengan jelas dari berbagai materi yang telah ditemukan dari sumber-sumber.

BAB II

PEMBAHASAN

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis
Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya system kehidupan. Istilah "fisiologi" dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno:physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat", logika, yang berarti "kajian". Istilah "faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja". Ilmu fisiologi manusia dimulai dari sekitar tahun 420 SM hingga zaman Hipokrates, yang juga dikenal sebagai bapak kedokteran. Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. 
Pengertian sehat juga mencakup fenomena fisiologis, fisik, maupun emosional dalam kaitanya dengan kondisi pribadi seseorang, disamping adanya bekal keilmuan dan perilaku yang memadai guna melakukan perancangan terhadap kondisi kesehatan personal dalam rangka mengatasi goncangan-goncangan hebat dalam kehidupanya. Dari sini dapat dilihat bahwa kesehatan yang perima merupakan refleksi dari kesuksesan seseorang. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya dia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
Idiot IQ (0-29)
Idiot merupakan kelompok individu yang mengalami keterbelakangan atau paling rendah. Mengalami kesulitan berbicara, tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan sebagainya. Idiot tidak akan lepas dari bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahan terhadap penyakit.
Imbecile IQ (30-40)
Kelompok Anak imbecile setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, namun dalam kehidupannya masih bergantung pada orang lain. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun.Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di sekolah biasa.
Moron atau Debil IQ / Mentally retarted (50-69)
Pada tingkat tertentu golongan ini masih dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan sederhana.Dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.
Kelompok bodoh IQ dull/ bordeline (70-79)
Kelompok ini berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas). Walaupun masih bersusah payah oleh beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama. Akan tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP.
Normal rendah (below avarage), IQ 80-89
Kelomok ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang tapi pada tingkat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya, mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA.
Normal sedang, IQ 90-109
Kelompok ini merupkan kelompok normal kebanyakan, mereka merupakan kelompok IQ paling besar presentasenya dalam populasi penduduk.
Normal tinggi (above average) IQ 110-119
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal, dan berada pada tingkat yang tinggi.
Cerdas (superior) ,IQ 120-129
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka reringkali tedapat pada kelas biasa. Pemimpin dikelas biasanya berasal dari kelompok ini.
Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139
Anak-anak very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang bilangan, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan lebih menonjol dibandingkan anak normal.
Genius IQ 140 >
Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak besekolah. Kelompok ini berada pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi baik laki-laki maupun perempuan. Contoh orang-orang genius adalah seperti Edison dan Einstein.
Uraian diatas menjelaskan tentang tingkat intelegensi dalam ukuran secara kognitif , pandangan lama menunjukkan bahwa kualitas intelegensi atau kecerdasan yang tinggi dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar dan meraih kesuksesan.
Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992) yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (1) Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa.
Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.

Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
Belajar pada akhir semester
Belajar tidak teratur
Menyia - nyiakan kesempatan belajar
Bersekolah hanya untuk bergengsi
Datang terlambat bergaya seperti pemimpin
Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaa-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
Cita-cita Siswa
Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
Faktor Eksternal
Faktor exsternal merupakan factor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor external meliputi  factor lingkungan keluarga, factor lingkungan sekolah, factor lingkungan masyarakat, dan factor waktu.
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan faktor lingkungan non sosial.
Lingkungan social
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, peraktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Lingkungan sosial sekolah
Suatu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dapat disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisiten. Disiplin tersebut harus ditegakan secara menyeluruh, dan pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara seperti inilah proses belajar akan berjalan dengan baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak hanya patuh dan senang kepada guru-guru tertentu.
Kendisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memnuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara semua personil sekolah.
Semua hal yang disebut belakangan ini tidak akan berarti banyak tanpa tegakan disiplin sekolah. Siswa yang belajar di sekolah dalam fasilitas kurang memadai tapi mempunyai di siplin yang baik sering kali lebih berprestasi dari pada siswa yang belajar di sekolah dengan pasilitas yang serba lengkap tapi mempunyai disiplin yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah adanya tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisiten.
Untuk menegakan tata tertib dan disiplin yang konsekuen dan konsisten ini tentu saja diperlukan seorang kepala sekolah yang baik. Di sekolah-sekolah yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang tidak mempunyai leadership (kepemimpinan) yang baik, biasanya akan sering terjadi masalah-masalah yang menghambat jalannnya proses belajar. Biasanya masalah-masalah tersebut tidak hannya menghambat atau merugikan siswa tetapi juga merugikan guru dan personil sekolah lainnya.
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Lingkungan sosial keluarga.
Factor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor utama pula dalam menentikan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Lingkungan sosial masyarakat.
Jika kita perhatikan dengan seksama lingkungan masyarakat di sekitar kita, kita akan dapat melihat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belejar, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang menghambat keberhasilan belajar.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bahasa asing, keterampilan tertentu, bimbingna tes, kursus pelajaran tambahan yang menunnjang keberhasilan belajar disekeolah, sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti remaja masjid dan gereja, sanggar karang taruna.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah  tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang merangsang kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat seperti judi, mabuk-mabukan, penyalah gunaan zat atau obat.
Meskipun begitu, tidak semua tempat hiburan selalu menghambat keberhasilan belajar. Hiburan itu sebenarnya juga diperlukan untuk menyegarkan pikiran atau menghilangkan kelelahan pikiran. Selain itu, ada jenis hiburan yang bersifat positif yaitu dapat melatih ketangkasan dan daya piker. Jelaslah jenis hiburan seperti ini secara langsung atau tidak justru dapat menunnjang keberhasilan belajar.
Karena itu, seorang siswa atau mahasiswa yang baik harus mampu memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan lingkungan masyarakat yang dapat menghambat keberhasilan belajar. Hal ini memang tidak mudah, sebagai contoh, banyak siswa yang membolos sekolah hanya untuk melibatkan diri pada kegitan-kegiatan hiburan yang bersifat negative.
Untuk mengatasi hal ini, kiranya peranan pendidikan di rumah dan di sekolah harus lebih ditingkatkan untuk mengimbangi pesatnya perkembangan lingkungan masyarakat itu sendiri.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:
Lingkungan alamiah
Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.
Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Faktor Waktu 
Bahwa waktu (kesempatan) memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang, tentunya kita ketahui semua. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa dan mahasiswa bukan ada atau tidak adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar. Selain itu masalah yang perlu di perhatikan adalah baagaimana mencari dan menggunakan waktu ndengan sebaik-baiknya agar di satu sisi siswa atau mahasiswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar dengan baik dan disisi lain mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifaat hiburan atau rekreasi yang sangat bermanfaat pula untuk menyegarkan pikiran.
Adanya keseimbangan antara kegiatan yang bersifat belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi itu sangat perlu, tujuan nya selain untuk meraih prestasi belajaar maksimal, siswa dan mahasiswapun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.
Demikian kiranya factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, factor-faktor tersebut sangat perlu diketahui atau dipahami agar bila pada suatu waktu mengalami kesulitan atau hambaataan dalam proses belajar, anda akan lebih mundah mengetahui mengetahui sumber kesulitan atau hambatan dalam proses belajar tersebut.







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor lingkungan nonsosial.
 Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
REFERENSI
Pengertian Fisiologi,” https://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologi.
Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.
Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima
Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada
Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta. Delia Press
Slamet, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta. Rineka Cipta
Google Book, https://books.google.co.id/books?id
Tingkatan/urutan kecerdasan dilihat dari Nilai IQ ,” Artikel diakses pada 07 Maret 2016 dari http://www.tipscaraterbaik.com/tingkatanurutan-kecerdasan-dilihat-dari-nilai-iq.html
Tingkatan/urutan kecerdasan dilihat dari Nilai IQ ,” Artikel diakses pada 07 Maret 2016 dari http://www.tipscaraterbaik.com/tingkatanurutan-kecerdasan-dilihat-dari-nilai-iq.html

No comments:

Post a Comment