Segaris Ragu Hilal Menuju Halal (Part 1)

Segaris Ragu Hilal Menuju Halal (Part 1)

Kau tahu, kenapa Leonardo da Vinci rela mati matian membedah 30 mayat hanya untuk melukis organ-organ tubuh manusia? Itu semua untuk memenuhi cintanya kepada Mona Lisa.

Dan kau tahu, kenapa Hilal sampai mati-matian membuat logo Ta' Boleh Cemberut? Itu semua karena Anifa. Senyum inspirasinya.
-
* * *
-
Langkah Hilal mulai tak terarah. Terik panas matahari yang mengkilapkan keningnya membuat tangan lembut Hilal menyeka keringat di dahinya. Sesekali Hilal melihat foto dalam dompetnya. Senyum yang membuat langkah kakinya tak pernah goyah.

Arah jarum jam sepertinya mulai tak berpihak kepada Hilal. Detik yang berdetak maju tak sejalan dengan langkah mundur Anifa terhadap Hilal, "Ada apakah gerangan, dikau sayang?" gumam Hilal di ujung jalan kota Semarang.

Hilal masih merenung memikirkan ucapan Anifa tempo hari "Apakah aku bisa menjadi madu untuk masa depanmu?"
-
* * *
-
Senja mulai datang, begitupun harapan yang ada dalam hati Hilal. Redupnya sore yang temaram membawa Hilal untuk datang di kedai kopi Tjinta di ujung gang Simpang Lima. Ia buka laptopnya dengan gambar dinding favoritnya, senyum Anifa.

Sedetik kemudian, senyum simpul mengembang dari bibirnya. Hilal masih ingat, kenangan-kenangan bersama Anifa. Kedai kopi ini menjadi saksi, bahwa Hilal adalah orang yang paling beruntung bisa mendapatkan hati Anifa. Kedai kopi berukuran 3x3 ini, terasa menjadi rumah makan di kawasan Seoul, tempat favorit Anifa.

Lamunan akan kenangan manis ambyar seketika, saat Hilal kedatangan teman akrabnya, Ulin. Seorang cowok jomblo karbitan yang entah Tuhan menciptakan dia sedang dalam keadaan apa. Manusia super absurd dan teman terslengek yang Hilal miliki.

Ulin adalah manusia super, peninggalan pahlawan bertopeng yang masyhur di peradaban pra sejarah. Ia terkenal dengan keahlian tempurnya 'mbribik dalam keheningan'.
-
Lalu Hilal mulai berkonsultasi; "Adakah di dunia ini, perempuan cantik dengan senyum menarik selain Anifa?"
-
Dengan gaya tambengnya, Ulin menjawab; "Tak ada manusia di bumi ini yang akan menandingi senyuman manis Anifa jika kau berhasil meminangnya."
-
Bersambung.

Sumber IG @santrikeren

#sajakmanissantri
#kolabos

No comments:

Post a Comment